- Christ Against Culture
Pada dasarnya, topik Kristus melawan kebudayaan
menggambarkan suatu sikap yang radikal, yang benar-
benar menolak segala sesuatu yang berhubungan dengan
dunia ini termasuk di dalamnya kebudayaan. Di sini,
Kristus dipertentangkan dengan kebudayaan. Dalam sikap
radikal ini, kekristenan menganggap dirinya sebagai
suatu komunitas yang suci. Sedangkan dunia dianggap
sebagai sesuatu yang jahat dan harus ditolak dan
dihindari.
Hal ini tidaklah tepat sebab dalam banyak aspek, Kristus
tetap berada dalam budaya, Kristus tetap menjalankan budaya
Yahudi. Kritus melawan budaya ini seolah-olah menjadikan
Kristus tinggi dan Kekristenan agung. Pandangan-pandangan
radikal seperti ini akhirnya membuat Kekristenan tidak bisa
lagi hidup di tengah dunia. Orang yang memegang prinsip ini,
biasanya akan tersingkir dan Kristus menjadi kalah. Mereka
membentuk kebudayaan sendiri, kelompok tersendiri dan hidup
tersendiri. Mereka menganggap kebudayaan itu sebagai
kebudayaan Kristus tetapi sesungguhnya, kebudayaan itu tidak
ubahnya dengan budaya dunia yang membedakan kebudayaan
mereka tidak cocok dengan kebudayaan dunia. Perhatikan,
Alkitab tidak pernah mengajarkan kita untuk melawan dan
menjadi anti budaya.
- Christ of Culture
Budaya harus diisi dengan hal-hal yang berbau Kekristenan
dengan demikian kebudayaan itu menjadi milik Kristus
sekarang. Konsep inilah yang hari ini banyak dipakai. Orang
menganggap cara ini merupakan suatu kerjasama dimana kita
tidak menghancurkan budaya tetapi kita menggunakan semua
budaya yang ada dengan demikian budaya yang tadinya budaya
setan kini menjadi budaya Kristus. Adalah kesalahan fatal,
banyak orang yang menganggap budaya itu sifatnya netral maka
tergantung dari siapa yang memakainya. Budaya itu akan
menjadi milik setan kalau setan yang memakainya maka budaya
itu menjadi the culture of satan, atau kalau manusia yang
menggunakannya akan menjadi the culture of human being, dan
kalau Kristus yang memakai budaya akan menjadi the culture
of Christ.
Sebagai contoh, cara berpakaian, orang menganggap sudah
menjadi budaya Kristus kalau sudah memberinya dengan
aksesori atau atribut ”rohani.” Orang Yahudi juga melakukan
hal yang sama, budaya duniawi yang mereka pandang baik lalu
dilabel dengan agama maka mereka sudah menganggapnya sebagai
agama. Hari inipun masih banyak orang yang tidak mengerti
apa itu agama, mereka hanya memakai adat istiadat yang
diberi label agama tertentu dan menganggapnya sebagai
budaya. Dalam hal ini budaya itu lebih besar sedang Kristus
hanya mengikut di dalamnya.
- Christ Above Culture
Kristus seolah-olah hanya hidup dalam satu kultur tertentu yang mengatasi semua kultur. Contohnya, Islam menjadikan kultur Timur Tengah sebagai suatu kultur agama sehingga cara berpakaian, cara makan, dan lain-lain harus mengikuti satu kultur tersebut. Dalam kondisi budaya seperti demikian maka yang menjadi pertanyaan adalah apakah budaya ini merupakan budaya yang boleh diberi label tertentu lalu dibawa ke semua tempat? Seberapa jauhkah relatifitas suatu daerah dalam budaya? Demikian halnya dengan kultur barat yang membawa Kekristenan masuk ke Indonesia membawa dampak besar. Kultur Eropa itu dianggap sebagai kultur Kristen. Dampak itu tidak hanya pada cara hidup saja tetapi juga jiwa kolonialisme itu mempengaruhi pemikiran orang-orang di Asia. Ketika orang-orang Eropa datang ke
- Christ and Culture in Paradox
Budaya hidup berada dalam dua dunia – Kristus punya kultur
tersendiri dan dunia juga punya kultur tersendiri, kedua
kultur ini berjalan secara bersamaan dimana keduanya tidak
saling menganggu dan tidak saling meniadakan. Pandangan
inilah yang diajarkan oleh kaum posmodern. Konsep ini
menjadikan orang Kristen hidup dalam dua dunia. Sebagai
contoh, ketika orang berada di dalam gereja maka ia harus
langsung menyesuaikan diri dengan kultur yang dianggap
sebagai kultur Kristen, orang harus berlaku sopan, jujur
namun ketika berada di luar lingkungan gereja maka orang
boleh liar dan berbuat sesuka hati layaknya dunia. Konsep
ini dianggap relevan di abad 20 ini namun Kekristenan tidak
setuju akan pandangan ini.
- Christ the Transformer of Culture
Kristus mentransform kultur artinya bahwa kultur itu tidak
salah cuma kultur itu perlu ditransformasi. Pertanyaannya
benarkah kultur bisa dirubah? Kristus menebus budaya berarti
ada nilai yang harus dibayar. Hal ini yang lebih tepat dalam
mandat budaya. Christ transforming culture, Kristus mengisi
kembali budaya yang sudah ada untuk dikembalikan pada apa
yang seharusnya.
diperhatikan ketika mentransform, yakni: kita harus tahu
mana yang harus dan mana yang tidak, mana yang mutlak dan
mana yang relatif. Sesuatu yang harus dirubah maka harus
dirubah – perubahan ini sifatnya esensial tetapi ada bagian-
bagian tertentu yang relatif harus berproses seiring dengan
berjalannya waktu. Kita harus peka ketika kita masuk dalam
suatu budaya, kita tidak perlu merubah budaya yang ada
sepanjang budaya itu baik dan agung. Budaya pasti punya
unsur baik sebagai anugerah umum namun sayang, budaya tidak
mengerti apa yang disebut dengan anugerah umum. Sangatlah
disayangkan, konsep anugerah umum inipun tidak dimengerti,
orang tidak mengerti bahwa pencemaran dosa menyebabkan
budaya menjadi liar dan untuk dapat memilah ini dibutuhkan
anugerah khusus, yakni anugerah keselamatan. Adalah tugas
Kekristenan membukakan tentang kebenaran kepada mereka.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar